RADAR JOGJA – Hal sederhana dalam keseharian merupakan inspirasi sebagian besar karya lukis Ho Van Hung, seniman asal Vietnam, dalam pameran tunggal bertajuk Everyday. Sebanyak 22 karya lukisnya dipamerkan di Pendhapa Art Space, Sewon, Bantul, sepanjang 12 hingga 25 Oktober mendatang.
Ho Hung menuturkan, dia menganggap Jogja sebagai Kota Istimewa. Karena dikenal sebagai pusat kesenian. Acara seni internasional juga sering dihelat. Sehingga dia tertarik berpameran di Jogja. “Jogja terkenal dengan seni, khususnya lukis. Karena ada kesempatan saya tertarik berpameran di sini”, katanya.
Ho hung adalah alumnus Seni Lukis di Hue University of Fine Arts, Vietnam. Karya lukisannya sebagian besar menggunakan teknik aquarelle dengan tingkat realitas yang tinggi. Yakni teknik lukis yang didominasi penggunaan cat air dengan sapuan warna tipis, sehingga lukisan yang dihasilkan memiliki efek transparan.
Kurator Pameran Heri Kris menuturkan, konsep dibalik karya Van Hung cukup sederhana. Inspirasinya biasa ditemukan dalam keseharian. Hal ini sejalan dengan tema pameran yang diangkat, yakni Everyday atau setiap hari.
Van Hung menangkap objek di sekitarnya saat melakukan perjalanan atau berkegiatan. Objek tadi lantas dituangkan dalam karya lukis. “Tiap karya dikerjakan dengan sangat serius. Sehingga bisa tercipta karya yang sangat realistik”, tuturnya.
Beberapa contohnya adalah objek tumpukan ranting di belakang rumah. Setumpuk daun-daun kering dan ranting yang acak dan rumit dia lukis. Tampak pula wujud detail dua ekor ayam jago. “Secara keseluruhan terlihat impresif, realistik dan sangat artistik. Lukisannya sangat detail,” pujinya.
Dia menjelaskan, teknik aliran impresionis yang dianut Ho Hung sudah tercetus di Eropa pada masa lalu. Aliran ini banyak dilakukan pelukis on the spot. Di Asia Tenggara, situasinya sangat berbeda dengan kondisi Eropa. Di Eropa, Matahari hanya muncul setengah jam. Seniman Eropa melukis dengan cepat untuk menangkap objek saat kondisi cahaya optimal. “Akhirnya mereka berbondong-bondong mencetuskan aliran impresionis,” jelasnya.
Berbeda dengan aliran impresionisme ala Asia, termasuk Indonesia. Pelukis impresionis dengan teknik cat air yang prima cukup jarang. Dia menilai pelukis cat air di Jogja belum sampai seperti yang Ho Hung lakukan. “Jadi nanti juga ada workshop sharing teknik water color pada 13 Oktober. Ajang pertemuan saling bertukar pikiran dan informasi dan teknik bagaimana melukis dengan teknik aquarelle,” ucapnya. (obi/cr16/tif)