RADAR JOGJA – Nelayan di Pantai Congot, Temon, Kulonprogo galau berat. Di tengah musim ikan bawal yang memiliki nilai jual tinggi, gelombang tinggi belum juga berhenti. Karena itu, meskipun dengan risiko tinggi, sejumlah nelayan pun terpaksa nekad melaut, Jumat (1/11).

Salah satu nelayan, Fathori, 46, mengungkapkan, musim bawal sebetulnya sudah berlangsung sebulan terakhir. Namun sayang tidak semua nelayan berani melaut. Sebab ketinggian gelombang laut masih berkisar empat hingga lima meter. “Saya melaut pagi. Siang harus pulang,’’ ungkapnya.

Nelayan lain, Anwar, 35 mengatakan lokasi penambatan kapal juga lebih jauh dibanding biasanya. Karena takut terhempas gelombang pasang. Bagi yang sudah terbiasa, gelombang laut saat ini sudah lebih baik dibanding beberapa pekan sebelumnya.

“Bagi saya tidak terlalu tinggi, hanya saja tangkapan ikannya yang kurang,’’ katanya.

Menurutnya, hasil tangkapan akan lebih bagus jika hujan sudah mulai turun. Karena itu dia berharap cuaca bisa segera berubah. Nelayan sudah menanti peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Dengan harapan hasil tangkapan yang melimpah.

“Ikan bawal adalah target buruan kami, harganya bisa mencapai Rp 350 ribu – Rp 400 ribu per kilogram,” ujarnya.

Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kulonprogo Sugiharto menjelaskan, pihaknya telah melakukan pelatihan cara menjaring bawal. Pelatihan digelar di UPT TPI Karangwuni, Wates pada Agustus lalu dan dikuti 15 nelayan.

Menurutnya, jenis jaring di setiap wilayah memang berbeda-beda. Biasanya disesuaikan dengan medan. Pantai Kulonprogo lebih pas menggunakan jenis jaring insang ukuran 5,5 inch untuk penangkapan bawal laut.

“Harapan kami hasil tangkapan nelayan bisa meningkatkan seiring dengan keterampilan nelayan dan alat tangkap yang memadai,” ujarnya. (tom/din)