RADAR JOGJA – Fenomena alam tanah gerak terjadi di kawasan perbukitan Prambanan Sleman. Imbasnya satu rumah milik Sulis Widodo, 22, mengalami retak. Kejadiannya berlangsung di Wukirharjo Prambanan, Senin malam (6/1).
Imbas dari kejadian ini, tembok rumah mengalami retak panjang. Alhasil penghuni rumah harus diungsikan sementara. Pertimbangannya kondisi pondasi rumah sudah tak stabil. Apabila tetap ditempati bisa muncul korban.
“Lokasinya di Dusun Losari RT02/RW12 Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan. Kejadiannya itu malam sekitar jam 23.00. Baru dilaporkan pagi tadi sekitar pukul 10.00,” jelas Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan, Selasa (7/1).
Makwan memastikan seluruh penghuni rumah dalam kondisi aman. Tercatat ada tiga jiwa yang menghuni rumah tersebut. Termasuk balita berumur 20 bulan. Keluarga korban, lanjutnya, tercatat sebagai keluarga miskin.
Kejadian berawal saat hujan turun sejak Senin malam (6/1). Intensitas lebat membuat kondisi tanah semakin jenuh. Hingga akhirnya tanah di sekitar kediaman Sulis bergerak. Seketika tembok rumah berukuran 6 meter x 8 meter itu retak.
“Hujannya deras sekali dan intens. Tembok yang retak itu posisi di rumah bagian pokok. Jadi keputusan untuk mengungsi itu memang tepat karena memang bahaya,” ujarnya.
Tak hanya mengosongkan rumah, Sulis juga membongkar rumahnya. Seluruh barang berharga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Sementara waktu keluarga kecil ini mengungsi ke Dusun Dilosari Wukirharjo.
BPBD Sleman turut ada potensi tanah bergerak. Dari total 17 kecamatan ada sembilan memiliki potensi menengah hingga tinggi. Mayoritas berada di kawasan perbukitan. Potensi ini bisa meningkat seiring intensitas hujan.
Data tersebut merupakan kajian Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Meliputi Kecamatan Cangkringa, Godean, Gamping, Ngemplak, Pakem, Seyegan, Prambanan, Tempel dan Kecamatn Turi.
“Potensi bahayanya beragam dari menengah hingga tinggi. Catatan ini kami jadikan acuan penyusunan manajemen risiko bencana,” ujarnya. (dwi/ila)