RADAR JOGJA – Semi Pedestrian Selasa Wage terbukti menjadi daya tarik wisata. Bukan hanya bagi wisatawan tapi juga pelaku pariwisata. Semakin banyak keterlibatan pelaku wisata kabupaten dan kota. 

Kepala Dinas Pariwisata DIJ Singgih Raharjo menyebutkan Selasa Wage ibarat etalase. Seluruh potensi seni dan budaya yang ditampilkan adalah kekayaan kearifan lokal. Tujuannya untuk menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah asal seniman.

“Kami tidak membatasi jenis kesenian yang akan tampil. Boleh tradisional, kontemporer atau kesenian modern. Tapi ada semacam seleksi kecil tentang kelayakan untuk tampil di hadapan publik,” jelasnya, Senin (13/1).

Itulah mengapa Dispar DIJ meminta para penampil berdandan. Dalam artian menyajikan suguhan pementasan yang menarik. Sehingga tidak sekadar tampil. Sebagai konsep manajemen pemasaran untuk kelompok seni maupun daerah asalnya.

Berdasarkan data sementara, Selasa Wage turut meningkatkan angka kunjungan wisatawan di Malioboro. Tidak hanya dari Jogjakarta tapi juga luar daerah. Ada juga peningkatan wisatawan mancanegara.

“Jadi ada tren baru, datang hanya untuk Selasa Wage. Para wisatawan sudah menjadikan even ini sebagai agenda berwisata. Apalagi sekarang penampil di kawasan pedestrian semakin beragam,” katanya.

Singgih optimistis even ini mampu mendukung angka kunjungan tahunan. Sebagai acuan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara medio 2018 mencapai kisaran 500 ribu. Sementara untuk angka kunjunyan wisatawan domestik menyentuh angka lima juta pengunjung.

Selasa Wage kali ini (14/1) menghadirkan beragam kesenian. Mulai dari Flash Mob Golek Menak di titik nol kilometer, gerbang barat Kantor Kepatihan dan barat Grand Inna Malioboro Hotel. Ada pula senam tai chi di sisi utara DPRD DIJ hingga atraksi Naga dan Barongsai di gerbang Ketandan.

“Semua kesenian ini diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Banyak pilihannya dari siang hingga malam hari. Kalau pagi bisa olahraga dulu di sepanjang Malioboro,” ujarnya. (dwi/tif)