RADAR JOGJA – Camat Depok, Sleman Abu Bakar dalam kondisi gundah. Kantor Kecamatan Depok turut terdampak wacana pembangunan tol Jogjakarta. Total luasan lahan yang digunakan hingga 760 meter persegi. Lebarnya 5 hingga 6 meter dari tepi jalan hingga area halaman.

Walau begitu dia memastikan kantor administrasi tak akan pindah. Seluruh pelayanan tetap berpusat di kantor saat ini. Hanya saja diakui akan ada dampak selama proses pembangunan. Paling utama adalah pelayanan publik kepada masyarakat.

“Kami tetap di sini, Kantor Kecamatan tidak pindah lokasi. Memang terdampak tapi ini adalah proyek nasional sehingga harus didukung sepenuhnya,” jelasnya ditemui di Kantor Kecamatan Depok, Rabu (12/2).

Abu telah melihat peta terdampak pembangunan tol. Hasilnya konstruksi tol tidak mengenai bangunan utama Kantor Kecamatan. Hanya saja sejumlah fasilitas dan aset penunjang dipastikan hilang. Mulai pagar depan, patung KB, tempat wudu, tiga pilar masjid hingga kamar marbot.

Melihat dampak ini, Abu optimis untuk bertahan. Terlebih bangunan dan fasilitas terdampak bukanlah pelayanan publik. Sehingga kinerja staf kantor kecamatan tetap bisa berjalan. Walau begitu ada kemungkinan tersendar untuk akses masuk.

“Kami belum tahu secara pasti desain konstruksinya. Tapi dipastikan tidak sampai bangunan utama, pendopo saja juga tidak kena. Termasuk taman keluarga yang baru itu juga tidak kena,” ujarnya.

Di satu sisi mantan Camat Gamping dan Prambanan ini juga belum mengetahui besaran kompensasi. Hanya saja dia memastikan seluruh proses kompensasi berlangsung transparan. Tentunya nominal sesuai dengan nilai per wilayah.

Untuk wilayahnya tergolong variatif. Ini karena masing-masing desa memiliki nilai kompensasi yang berbeda. Kawasan Condongcatur dan Caturtunggal memiliki nilai yang cukup tinggi. Pertimbangannya berada di wilayah perkotaan dan pusat bisnis.

“Kompensasi belum tahu berapa. Contoh saja kemarin simpangempat Kentungan itu antara Rp 19 juta hingga Rp 20 juta permeter perseginya untuk pembangunan underpass. Kalau saat ini belum tahu, karena luasan wilayah lebih komplek,” katanya. (dwi/tif)