SLEMAN – Waktu menunjukkan pukul 13.00 tepat. Saat itu matahari sedang terik-teriknya. Dan lalu lintas di daerah Gamping, Sleman sedang padat-padatnya. Suara bising kendaraan, klakson dan peluit tukang parkir saling bersahut-sahutan. Menjadi satu orkestra jalanan yang setiap hari dinikmati warga baik yang melintas atau yang memang bermukim di pinggir jalan.

Namun, agaknya kebisingan itu tidak berpengaruh terhadap kegiatan di salah satu sudut Desa Ambarketawang, Gamping. Tepatnya di salah satu gym. Prolog Gym, namanya. Orang-orang dengan tubuh kekar masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Di situ, Radar Jogja, tengah menunggu seorang Bhabinkamtibmas dari Desa Banyuraden. Aiptu Ifanudin, namanya. Agak janggal juga ketika memilih tempat untuk bertemu di gym. Namun, akhirnya semua itu terjawab ketika berjumpa langsung dengannya. Kesan pertama saat bertemu adalah sangar. Sebab postur Aiptu Ifanudin sangat besar dan kekar. Namun, di balik sosoknya yang sangar ternyata dia adalah orang yang ramah. “Sudah nunggu lama mas?” kata Aiptu Ifanudin.

Lalu apa hubungan polisi dengan tempat fitnes? Ya, Aiptu Ifanudin adalah pemilik tempat fitnes itu. Namun, jangan bayangkan tempat fitnes yang dimiliki oleh Aiptu seperti tempat fitnes pada umumnya. “Tempat fitnes ini dibuat dengan memanfaatkan besi bekas,” ungkap pria asal Bantul itu. Ayah dua anak itu mengaku hampir tidak mengeluarkan biaya banyak untuk membuat tempat fitnas. Bahkan saat ini sudah tiga cabang yang dia dirikan. Dua di Bantul dan satu di Sleman.

Kendati terbuat dari besi bekas, namun jangan salah. Kualitas dan standar mutunya sudah disesuaikan. Sehingga aman digunakan. “Ya modalnya hanya besi bekas yang dilas,” kata pria yang sudah masuk di kepolisian sejak 1997 itu.
Aiptu Ifanudin mengaku, keahliannya untuk membuat alat fitnes didapat dari pengalaman. Selain itu, setidaknya butuh waktu yang cukup lama untuk membuat tempat fitnes itu.

Dia sejak 2003 dia telah menjadi atlet angkat berat. Bahkan, dia juga beberapa kali menang dalam kejuaraan Pekan Olahraga Daerah (Porda). “Tiga kali dapat perunggu di dua kelas, binaraga di Bupati Bantul cup dan Porda, serta di Porda kelas angkat berat,” kata pria yang juga memiliki lisensi nasional juri binaraga tipe B atau setara juri Porda.

Bagi sosok yang murah senyum itu, memajukan masyarakat lewat olahraga juga penting. Bahkan untuk setiap pengunjung yang datang ke tempat fitnesnya hanya ditarik tarif sebesar Rp 3.000. Masih ditambah air mineral gratis.
“Untuk anak sekolah yang ingin berolahraga atau atlet yang siap-siap mau berlaga monggo datang, latihan bareng. Semuanya gratis,” kata pria yang pernah menerima lima kali penghargaan dari Kapolres itu.

Dari tempat itu, lanjutnya, banyak bermunculan atlet binaraga maupun angkat berat. Bahkan ada yang sudah berprestasi. Saat ini dia melatih sebanyak 11 atlet. Bukan hanya dari Sleman tapi se-DIJ. Adanya fitnes itu, kata dia, juga berpengaruh terhadap aktivitas sosial masyarakat. Sehingga membuat masyarakat tetap sehat. “Juga untuk menyalurkan energi anak muda yang berlebih,” katanya sambil terkekeh.

Kerja keras dan kreativitasnya mengolah besi bekas menjadi tempat fitnes itu pada akhirnya diganjar penghargaan oleh Kapolda DIJ. Penghargaan itu terasa spesial lantaran itu diambil dari seluruh anggota kepolisian yang memiliki kreativitas. “Saya dapat penghargaan sebagai role model polisi pelopor agen perubahan sosial dan tertib bermasyarakat. Itu dari semua kalangan polisi yang ikut,” katanya bangga.

Lebih jauh, antara lahir dan batin turut diseimbangkan oleh Aiptu Ifanudin. Dia ternyata juga sering mengisi khotbah salat Jumat dan berceramah di pengajian rutin ibu-ibu. Juga sering mengisi ceramah di SMAN 1 Gamping. “Itu sebagai upaya untuk memperbaiki kehidupan sosial orang lain,” bebernya. (pra/mg4)