JOGJA – Banyak manfaat berorganisasi. Itu pula yang dirasakan oleh Agista Siskasari. Tapi pengalamannya selama ini banyak berkontribusi pada suara anak-anak di DIJ. Kenapa dia peduli pada organisasi anak-anak?

ROTUN INAYAH, Jogja

Mulai Aktif organisai sejak SMP kelas 3, saat itu pertama kalinya maju menjadi Duta Anak Kota Jogja tahun 2014. Hingga saat ini kuliah, dia masih aktif menyuarakan suara anak-anak.

Dia mengaku saat itu tertarik bergabung ke forum anak kota Jogja (Fakta) karena  tertantang untuk menigkatkan kapasitas diri. Kemudian juga sering ikut pelatihan dengan diskusi-diskusi seputar isu anak. “Juga untuk berlatih untuk berani public speaking,” ujarnya kepada Radar Jogja belum lama ini.

Agista sendiri menjadi Ketua Forum Anak Kota Jogjasejak 2014 kemudian Ketua Fakta 2015 hingga 2017. Kemudian Forum Anak DIJ sejak 2014 hingga saat ini.

Selain itu banyak prestasi yang diperoleh oleh Agista seperti menjadi Delegasi DIJ Pada Pertemuan Forum Anak Nasional 2015 di Bogor yg diselenggarakan okeh KPPPA RI. Selanjutnya Delegasi DIJ pada kegiatan Parelemen Remaja 2015 yang diselenggarakan oleh Sekjen DPR RI di Gedung DPR/MPR RI Senayan

Selain itu Agusta juga merupakan Penerima Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia Tahun 2016 yang diberikan oleh Kementerian Pembrdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA RI). Menjadi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) Warrior di Tahun 2016 bersama 39 pemuda se Indonesia yg diselenggarakan Yayasan Lentera Anak. Yang terakhir menjadi Juara 3 Duta Remaja GenRe Kota Jogjakarta Tahun 2019.

Agista saat ini juga aktif di komunitas Sesai atau sesarengan srawung lan sinau. Komunitas ini dibentuk bersama-sama dengan teman-teman forum anak yang sedang kuliah di Jogja. “Jadi isinya teman-teman forum anak dari daerah lain kita sering bikin camping-camping gitu,” katanya.

Tapi mahasiswi Ilmu Pemerintahan di salah satu Kampus Swasta ternama di Jogjakarta ini justru mengaku tidak banyak aktif di organisasi kampus. “Soalnya saat ini saya juga masih aktif di forum anak kota dan forum anak tingkat provinsi sebagai fasilitator, terus di PIK Remaja sebagai pendidik sebaya,” ujarnya beralasan.

Meskipun begitu, Agista berpesan kepada teman-teman remaja untuk pandai memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif.  “Yuk kita manfaatkan waktu remaja kita yang masanya hanya sekali seumur hidup ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita. Hidup yang sekali harus bermakna dan berarti,” katanya.

Agista menambahkan soal atur waktu antara kuliah dan kegiatan kita bisa belajar skala prioritas dengan menempatkan mana kewajiban dan tanggung jawab, karena pendidikan merupakan kewajiban dan kegiatan dalam organsasi merupakan tanggung jawab.

Agista sangat menyukai kegiatan yang dia lakukan karena dengan itu ia bisa belajar banyak hal-hal baru. Menurut dia, banyak sukanya karena dengan ikut organinasi yang arahnya ke anak-anak dan remaja. “Saya jadi bisa banyak belajar dan bertemu dengan orang-orang baru. Selain itu aku juga jadi paham bahwa ternyata masih ada anak-anak yang belum terpenuhi hak-haknya. Selain itu aku juga banyak belajar melalui diskusi dengan remaja-remaja yang ku temui,” tuturnya. (pra/by)