PERKEMBANGAN tekologi semakin maju dan sudah mengambil alih peradaban manusia dari segala lini sendi kehidupan. Salah satu halnya perkembangan internet. Dalam beberapa dekade terakhir internet mengalami transisi, dari sekadar tempat penyimpanan data hingga penyedia akses berbagai layanan cangih seperti e-mail, media sosial, hiburan dan belanja (Totok, A. 2010).
Teknologi sudah merambah ke segi ekonomi termasuk dalam ranah pemasaran. Muncul teknologi-teknologi baru guna membantu pemasaran yang lebih mudah dan cepat. Salah satunya electronic commerce atau yang biasa disebut e-commerce.
Menurut Irmawati dalam Rahmawati (2011) sistem pemasasran secara atau dengan media elektronik mencakup distribusi, penjualan, pembelian marketing dan service. McLeod (2008) e-commerce juga digunakan untuk menawarkan dan mengenalkan barang. E-commerce terjadi apabila organisasi bisnis bertemu konsumen, dalam jaringan internet dan world wide web untuk melakukan penjualan produk dan layanan konsumen (Maulana dalam Doolin, 2015).
Penggunaan e-commerce mengalami peningkatan di Indonesia dikarenakan mereka menggangap penting keberadaan e-commerce untuk mempermudah memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penyedia jasa atau layanan e-commerce dan selain itu juga berkembanganya internet di Indonesia. Tercatat dalam laporan bertajuk Unlocking Indonesia’s Digital Opporntunity yang diusung oleh McKinsey menyatakan bahwa peralihan ke market digital akan terus menigkatkan pertumbuhan ekonomi hinga US$ 150 miliar dolar pada 2025. Sekitar 73 persen penguna internet di Indonesia melalui perangkat seluler dan akan terus berambah dalam lima tahun kedepan.
Berdasarkan data e-market tahun 2013 yang dilansir oleh situs Top Brand-Award, jumlah pengguna internet di Indonesia yang melakukan e-commerce mencapai angka 4,6 juta, sedangkan total transaksi mencapai US$ 1,8 juta atau sekitar Rp. 211,9 triliun. Sedangkan data dari kominfo menyatakan nilai transaksi e-commerce pada tahun 2014 mencapai angka 140 triliun rupiah. Data dari Badan Pusat Satistik (BPS) juga menyatakan dalam kurun 2006-2016 mencatat terdapat kenaikan 17%, dan total usaha sebanyak 26,2 juta. Sedangkan Chang & Sun (2012) dalam kajian ilmiahnya memaparkan data dalam International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 2009 pengguna langgana seluler mencapai 4,6 miliar penguna dan ITU memperkirakan pada tahun selanjutnya akan meningkat lagi sekitar 5 miliar penguna.
Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan e-commerce yang berbasis seluler. Sesuai laporan State of e-commerce iPrice di akhir 2017 menyatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki pangsa trafik mobile tertenggi di Asia Tenggara, yakni mencapai 87% dari toal trafik.
Berdasarkan data-data di atas, menjadikan tren baru yang menjanjikan dalam dunia. e-commerce. Bisnis dunia digital memiliki pangsa yang sangat luas dan potensil mengingat selain dari data-data yang dipaparkan sebelumnya Indonesia juga memiliki beberapa platform e-commerce yang besar salah satunya tokopedia, bukalapak, blibli dan lain sebagainya. Data yang dimuat oleh iPrice Group update pada Juli 2019 memaparkan pada Quartal 2 tahun 2019 tokopedia menjadi platform e-commerce terlaris dan paling banyak pengunjungnya, yakni 140.414.500 pengunjung, sekaligus menjadikan tokopedia menempati rengking pertama platform e-commerce di Indonesia.
Peluang dan kesempatan yang besar harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kesempatan berbisnis di dunai e-commerce tidak untuk para brand-brand besar saja melainkan pelaku usaha kecil menengah juga harus ikut andil di dalamnya. Pelaku usaha UMKM misalanya, patut turut andil dalam percaturan bisnis e-commere yang sangat potensial ini. Sejauh ini produk e-commerce banyak menyajikan kebutuhan keseharian manusia seperti prabot rumah tangga, jasa dan barang-barang elektronik. Namun masih sedikit yang menjualan produk kerajinan dan barang-barang seni. Salah satunya kerajinan dan barang-barang seni yang ada di sentra kerajinan kayu batik Desa Bobung, Putat, Patuk, Gunungidul, Yogyakarta yang masih rendah memanfaatkan e-commerce sebagai sarana pemasaran. Pengrajin masih mengandalkan pemasaran secara konvensional yaitu dari mulut kemulut dan pameran, sedangkan pemanfaatan e-commrce hanya sekitar tidak kurang tidak lebih 45% saja. Data menunjukan dari hasil angket yang diberikan kepada 20 pengrajin yang ada di Desa Bobung, Putat, Patuk Gunungkidul, Jogjakarta sebagai berikut:
Data tersebut menunjukkan bahwa pemasaran konvensional masih menjadi pilihan dari sebagain besar pengrajin kayu yang ada di Bobung. Padahal sebagai negara berkembang para pelaku bisnis juga harus mengikuti perkembangan teknologi agar tidak tergerus oleh zaman dan terjaga eksistensinya. Selain itu, Bobung merupakan industri kerajinan kayu terbesar di DIJ dan memiliki potensi pasar yang cukup besar sebenarnya, terbukti peminat produk kerajinan tidak sebatas regional saja melainkan juga sampai luar negeri. Pembeli dari luar negeri biasanya dengan datang langsung ke tempat pengrajin sekaligus berwisata, mereka mendapat info sebatas dari mulut kemulut.
Pemanfaatan teknologi informassi dalam menjalankan bisnis bagi UMKM dapat memberikan fleksibelitas dalam produksi, memungkinkan interaksi ke pelangan secra lebih cepat dan mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat pula dikarenaan tidak perlu bertatap muka. Pemanfaatan e-commerce memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global. Sedangkan permasalahan perkembangan bisnis manufaktur di Indonesia yaitu pemasaran. Menurut Soesastro (2006) terdapat dua tantangan utama bagi pengusaha dalam perdagangan Internasional yaitu akses pasar dan peningkatan daya saing. Namun dengan adanya e-commerce dapat menjawab permasalahn-permasalahan tersebut sehingga tidak ada alasan lagi mengenai kesulitan akses pasar. (ila)