Berangkat dari kecintaan terhadap kelinci, mengantarkan Suryadi menjadi peternak sukses. Warga Gerbosari, Samigaluh, Kulonprogo, itu membudidayakan kelinci yang dikoleksi kolektor di sejumlah kota di Indonesia.
HENDRI UTOMO, Kulonprogo, Radar Jogja
Salah satu kunci sukses merintis usaha diawali dari hobi. Hal itu dibuktikan Suryadi. Bermodal ketekunan, dia berhasil membudidayakan kelinci pedaging dan kelinci kualitas kontes.
Dibantu sang istri, dia mengaku menikmati hobi sekaligus ladang penghidupannya tersebut. Jaringannya di pasar kelinci cukup luas. Namanya dikenal banyak kolektor kelinci. Bahkan, banyak kolektor yang datang langsung ke rumah, yang sekaligus menjadi tempat penangkaran kelinci.
“Saya mulai beternak kelinci sejak 2006. Dulu hanya pekerjaan sampingan,” ucapnya kemarin (28/11).
Seiring waktu, dia mulai memasok kelinci pedaging. Terutama dipasok sebagai bahan baku sate di warung-warung sate di wilayah Sleman.
Dia melihat prospek beternak kelinci cukup menjanjikan. “Sejak saya pasarkan ke Sleman, pesanan terus datang. Akhirnya, saya fokus untuk budidaya kelinci. Saat ini saya punya seratus kelinci indukan dan seratus anakan siap jual,” jelasnya.
Dia tak hanya membudidayakan kelinci pedaging. Dia juga membudidayakan kelinci kualitas kontes. Ada kelinci jenis Newzeland White dengan ciri khas bulu putih dan mata merah. Ada pula kelinci jenis Hycooll yang bertubuh panjang dan memilki bokong bulat.
Dia juga membudidayakan kelinci jenis Rex. Cirinya yakni bulu berwarna putih kombinas hitam.
Selain itu ada kelinci California dengan telinga panjang dan buntut berwara hitam atau cokelat. ”Kelinci paling mahal kualitas kontes berjenis Flemish Giant dengan ciri postur yang panjang berbulu halus dengan bobot mencapai delapan sampai sepuluh kilogram,” katanya.
Menurutnya, merawat kelinci tidak sulit. Kuncinya yakni rajin menjaga kebersihan kandang. Sehari minimal dua kali dibersihkan dengan terkadang diselingi disemprot dengan antiseptik.
Makanan kelinci jenis pedaging cukup sayuran dan rumput sekitar. Sementara kelinci kualitas kontes membutuhkan pakan khusus.
“Pakan diberikan dua kali sehari, pagi dan jelang malam. Ada pelet khusus dan hijauan seperti daun pisang, rumput sawah atau lapangan, dan kangkung. Untuk kelinci kualitas kontes, ada tambahan pakan, yakni rumput seperti jerami yang dikenal dengan nama Hey,” ujarnya.
Sepuluh tahun lebih bergelut dengan kelinci, dia peluang usahannya semakin besar. Dia mampu menjual lima puluh kelinci tiap bulan untuk pasar lokal. “Kelinci saya jual setelah beranja dewasa. Harganya bervariasi, mulai Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu per ekor tergantung jenis dan ukurannya,” ucapnya.
Pembeli tidak hanya dari Jogjakarta. Kelincinya juga dibeli sejumlah kolektor di Indonesia. Di antaranya, Jakarta, Blora, Kediri, dan Bandung. (tom/amd)