GUNUNGKIDUL – Warga Desa Sodo, Kecamatan Paliyan menggelar tradisi apeman contong. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep yang mereka percaya menumbuhkan tanaman palawija hingga panen berlangsung. Tradisi apeman sudah dilakukan turun-temurun. Dilangsungkan pada hari Jumat Kliwon dalam penanggalan Jawa antara Maret dan April. Apeman dilaksanakan setelah panen jagung.

Acara tersebut diawali pertemuan masyarakat dengan membawa puluhan apem contong. Dibawa menggunakan nampan atau baskom. Dibawa ke rumah kepala dusun atau ketua RT setempat. ‘’Sesampainya di rumah dukuh, warga duduk bersila di tikar. Apem diletakkan di atas alas. Setelah semua berkumpul, tokoh masyarakat melangsungkan kenduri,” kata Dukuh Sidorejo, Desa Sodo, Sri Mar Jumat (1/3).

Warga Desa Sodo, Ratno Pintoyo mengatakan, dalam tradisi ini warga membuat apem contong secara sukarela. “Karena sebagai wujud rasa syukur,” kata Ratno.
Pada saat membuat apem, warga harus dalam kondisi hati bersih dan ikhlas. Jika tidak, warga percaya, apem yang dimasak tidak akan matang.
“Itu kata nenek moyang. Sampai sekarang masih dipercaya,” kata Ratno.
Namun, nilai ritual tradisi apem contong di Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, semakin berkurang. Pemicunya, diduga karena berkurangnya kesadaran anak muda menggelar tradisi tersebut. (gun/iwa/by/mg4)