JOGJA – Sri Sultan Hamengku Buwono X selalu dekat dengan rakyat. Sebagai raja Keraton Yogyakarta, beliau senantiasa memegang teguh komitmen untuk menyejahterakan rakyat. Rakyat harus sejahtera.
Tahun ini Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 30 tahun. Ada begitu banyak keberhasilan gilang gemilang yang ditorehkan. Selama rentang waktu tersebut, prinsip untuk menjadikan masyarakat lebih sejahtera terus dipegang teguh.
Dalam berbagai kesempatan, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan komitmennya untuk menjadikan masyarakat makmur dan sejahtera. Keraton Yogyakarta selalu berusaha melangkah bersama masyarakat.
Sri Sultan Hamengku X memberikan contoh, untuk memindahkan atau merelokasi warga atau masyarakat yang terdampak bencana harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Relokasi tidak bisa dilakukan hanya dengan memindahkan korban bencana ke tempat lain yang dinilai lebih aman.
Sebagai raja yang sekaligus memikul amanah sebagai gubernur, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, relokasi yang dilaksanakan harus memperhatikan sisi kesejahteraan. Dengan demikian, pelaksanaan relokasi warga akibat bencana harus memberikan jaminan mereka akan hidup lebih baik dan lebih sejahtera.
”Jadi, beda dengan di daerah lain. Di daerah lain, relokasi ya tinggal direlokasi ke tempat yang aman. Kalau di Jogjakarta, ada tambahan yaitu mereka yang direlokasi harus sejahtera. Tidak sekadar dipindah,” jelasnya.
Semangat untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat tersebut selaras dengan isi pidato yang diucapkan Sri Sultan Hamengku Buwono X ketika jumenengan (naik takhta) pada 7 Maret 1989. Pidato ”Takhta untuk Kesejahteraan Sosial dan Budaya Rakyat” tersebut memuat lima tekad.
Tekad pertama adalah untuk tidak mempunyai prasangka, rasa iri dan dengki, serta tetap hangrengkuh kepada siapa pun, baik terhadap mereka yang senang maupun yang tidak senang. Bahkan, juga terhadap yang menaruh rasa benci.
Tekad kedua adalah untuk lebih banyak memberi jika dibandingkan dengan menerima. Tekad ketiga adalah untuk tidak melanggar paugeran negara.
Tekad keempat adalah untuk berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Sedangkan tekad kelima adalah untuk tidak memiliki ambisi apapun, selain senantiasa berusaha bagi kesejahteraan rakyat.
Kelima tekad tersebut senantiasa mendasari setiap langkah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Peringatan 30 tahun bertakhta menjadi momentum untuk semakin meneguhkan takhta untuk rakyat. (amd/mg4)