BANTUL – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul konsisten memperluas jaringan desa tangguh bencana (destana). Pada 2019, misalnya, BPBD menargetkan tujuh desa sebagai destana.
Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto menyebut tujuh desa itu, antara lain, berada di wilayah Banguntapan dan Sewon. Pertimbangannya, wilayah aglomerasi rawan bencana. Yang paling sering adalah angin kencang. ”Fokusnya (pembentukan destana) saat ini berada di wilayah utara (Bantul bagian utara, Red),” jelas Dwi Selasa (5/3).
Dari tujuh desa, Dwi mengatakan, BPBD Bantul meng-cover tiga di antaranya. Empat desa lainnya dibina pemprov. Dengan begitu, hingga akhir tahun ini Kabupaten Bantul memiliki 35 destana. Sebanyak 28 destana di antaranya telah terbentuk sebelumnya. ”Tiap desa dianggarkan Rp 200 juta. Itu untuk pengadaan alat kebencanaan,” ucapnya.
Selain peralatan, kata Dwi, warga juga akan diberikan pelatihan tanggap bencana. Tujuannya, antara lain, agar mereka dapat melakukan penanganan ketika terjadi bencana. Sebab, penanggulangan penanggulangan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Melainkan juga masyarakat.
Dalam praktiknya, pejabat yang tinggal di Bangunjiwo ini menilai, keberadaan destana sangat efektif dalam penanganan bencana. Seperti penanganan angin kencang di Banguntapan dan Ngestiharjo beberapa waktu lalu. Relawan Forum Pengurangan Risiko Bencana di dua desa tersebut aktif terlibat penanganan pascabencana.”Masing-masing sudah memiliki kepedulian dan tanggung jawab untuk membantu memulihkan warga yang terdampak,” ungkapnya. (cr5/zam/mg4)