TAHUN 1966 adalah tipping point bagi Tiongkok. Ketika terjadi revolusi kebudayaan. Wen Hua Da Ge Ming. Ketika kelaparan melanda seluruh negeri.

Setelah lari Guo Wen Gui (郭文贵), pemilik superblock ‘jembatan surga’, begitu sering melakukan pertemuan dengan Steve Bannon. Penasihat masalah strategis Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu. Yang anti-Tiongkok itu.

Keduanya membicarakan bagaimana menumbangkan Pemerintah Tiongkok di bawah Xi Jinping. Bagaimana mengakhiri komunisme di negeri itu. Bagaimana Tiongkok tidak jadi ancaman bagi Amerika.

Guo juga menjadi anggota Mar-a-Lago. Sebuah istana mewah milik pribadi Presiden Trump. Di Florida. Yang ada lapangan golfnya. Yang tidak mudah untuk bisa menjadi member-nya.

Mar-a-Lago adalah ‘Gedung Putih’ di musim dingin. Ketika Gedung Putih di Washington bersalju Trump sering tinggal di Mar-a-Lago.

Begitu banyak orang bermimpi bisa ke Mar-a-Lago. Alangkah bangganya kalau sekadar bisa berfoto di sana.

Di Tiongkok ada yang menawarkan tur ke Mar-a-Lago. Tentu tidak bisa masuk. Melihat dari jauh saja. Lumayan. Daripada hanya melihat fotonya.

Ada juga yang bikin penipuan. Menjanjikan bisa membawa orang ke dalam Mar-a-Lago. Asal membayar nilai tertentu.

Tiga bulan lalu itu terjadi beneran. Seorang wanita dari Tiongkok tiba-tiba saja sudah berada di dalam Mar-a-Lago. Berfoto-foto di situ. Paspampres yang di depan kecolongan. Tapi yang di dalam menaruh kecurigaan. Wanita itu ditangkap. Membaca banyak HP.

Awalnya dicurigai sebagai mata-mata. Tapi wanita itu berlagak blo’on. Mengaku sudah bayar mahal untuk kedatangannya itu.

Kamar hotelnya digeledah. Tidak jauh dari Mar-a-Lago. Ditemukan uang USD 8.000. Dan beberapa peralatan elektronik.

Wanita itu kini sedang diadili. Tidak mau pakai pengacara. Juga tidak mau diberi pengacara gratis. Bahasa Inggrisnya bagus tapi sering mengaku tidak paham atas pertanyaan jaksa.

Guo menggunakan satu koper kebenciannya lagi untuk majalah bisnis Ciaxin. Milik pengusaha Hu Shuli.Media yang paling ditakuti kalangan pengusaha Tiongkok. Karena sering membongkar skandal kolusi di perusahaan swasta.

Di New York, Guo mendirikan perusahaan media. Namanya: Guo Media.

Mediumnya lengkap: ada di Twitter, YouTube, website, video, dan segala macam online. Hanya media cetak yang tidak dibuat.

Di Guo Media banyak dimuat foto-foto Guo dengan Steve Bannon. Menunjukkan betapa erat hubungan dua orang itu.

Semua disediakan dalam dua bahasa: Inggris dan Mandarin. Tapi isinya tidak menarik. Hanya tumpahan kebencian. Kepada musuh-musuh pribadinya. Tidak sebanding dengan Caixin. Yang membawa misi kepentingan umum.

Saya mencoba mengikuti akun Twitter Guo Media. Followers-nya hanya 5.600. Bandingkan dengan Twitter saya: 2,2 juta. Angka itu saya sebut sebagai kenangan bahwa ada kuburan Twitter dengan followers segitu.

Guo menyebut dirinya sebagai ‘peniup peluit’. Whistleblower. Koruptor tapi mau dengan gigih membongkar korupsi yang lebih besar dan lebih tinggi.

Guo juga mengaku ber-KTP Uni Emirat Arab. Yang sampai sekarang tidak ada bantahan dari Emirat. Emirat memang lagi menggalakkan pendatang khusus: orang yang kaya raya. Diberi visa 30 tahun. Setidaknya 20 tahun.

Itu berbalikan arah dengan Inggris. Yang dulu juga mirip-mirip itu. Hasilnya: begitu banyak orang kaya Rusia di London. Sampai-sampai media Inggris menyebut bahwa nama London sudah berganti Londoningrad.

Sejak tahun lalu fasilitas di Inggris itu tidak diberikan lagi. Sampai-sampai bos Rusia ingin menjual Chelsea. Klub sepak bola London yang dia beli dulu. Karena dia kini tidak mudah lagi tinggal di London.

Di Amerika, Guo terus menggunakan kekayaannya. Termasuk untuk mengumpulkan dokumen rahasia. Yang bisa dicuri dari kantor-kantor Pemerintah Tiongkok. Dia umumkan terang-terangan. Akan membayar setiap dokumen rahasia yang diserahkan kepadanya.

Ditemukanlah dua anak muda. Yang dia nilai mampu melakukan itu. Dan sudah terbukti mampu mencuri beberapa dokumen rahasia kepolisian.

Akhirnya Guo menggaji dua anak muda itu. Rp 55 juta sebulan. Ditambah biaya operasional pencurian dokumen.

Ketika dokumen-dokumen itu tersiar di Guo Media, Pemerintah Tiongkok bereaksi cepat. Ditemukanlah dua anak muda itu. Ditangkap. Kini sedang diadili di Kota Chongqing. Banyak mahasiswa ITCC tahu kota itu. Karena kuliah di situ.

Tentu koper kebencian terbesar dia sediakan untuk Wang Qishan, wakil presiden Tiongkok saat ini. Yang kian dia benci: sudah tua kok justru dinaikkan jabatannya. Dari ketua KPK menjadi wakil presiden. Yakni dalam kongres partai komunis tahun lalu.

Segala macam keburukan Wang Qishan dia ungkapkan. Betul atau salah dia tidak peduli. Hantam krama.

Salah satunya tentang hubungan gelap. Dengan seorang perempuan. Yang sampai melahirkan anak perempuan. Anak gelap itu kini menjadi istri pelukis terkemuka Australia. Dan memberinya dua anak.

Nama perempuan itu Yuge Bromley. Istri David Bromley. Pelukis dan pematung amat terkemuka. Apalagi kalau sudah melukis perempuan telanjang. Luar biasa. Pelukis itu sudah beberapa kali kawin. Sebelum dengan Yuge.

Yuge sendiri memang perempuan Tionghoa. Tapi membantah keras serangan Guo itu. Kini Yuge lagi mendalami bersama pengacara. Untuk memperkarakan Guo.

Yuge sudah hidup mapan bersama David. Reputasi keluarga ini kian baik setelah membeli hotel bekas penjara di London: Old Castlemaine Gaol. Yang dibangun tahun 1861.

Tapi Guo masih juga membuat tuduhan lain. Wang Qishan ada main dengan Fan Bingbing. Bintang film Hollywood yang sangat cantik itu. (Lihat DI’s Way:Fan Bingbing). Yang setahun penuh hilang dari peredaran. Sejak skandal pajaknya dibongkar. Fan Bingbing dilaporkan suka bikin kontrak dua macam: yang pro forma untuk dilaporkan ke kantor pajak.(yog/rg/bersambung)