RADAR JOGJA – Masyarakat di Kota Jogja diimbau tak perlu konsumtif jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kebutuhan bahan pokok dinyatakan masih mencukupi. Begitupula dengan harga yang relatif stabil

Berdasarkan pemantauan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIJ di sejumlah pasar dan toko ritel di Kota Jogja, menunjukan harga masih relatif stabil. Kondisi itu diharapkan bisa terjadi hingga awal tahun nanti. Sehingga mencegah terjadinya inflasi.

Kepala Tim Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIJ, Probo Sukesi menuturkan, berdasarkan pengamatannya sejumlah bahan pokok mengalami sedikit peningkatan harga. “Perlu diwaspadai, karena ini baru minggu ke dua di Desember. Diharapkan harga pangan di Jogja bisa tetap stabil sehingga tidak memberatkan masyarakat,” paparnya saat ditemui di Pasar Beringharjo, Gondomanan, Kota Jogja, Selasa (10/11).

Komoditas yang mengalami kenaikan yakni bawang merah, cabe, gula pasir, dan minyak kemasan. Menurutnya pergerakan tersebut masih tergolong wajar. “Target tahun ini kami memprediksi inflasi  pada angka 3 hingga 3,1 persen semoga tercapai,” tuturnya.

Dia menduga, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh kemarau panjang. Sedangkan saat  ini baru memasuki masa tanam sehingga persediaannya mengandalakan hasil panen sebelumnya. “Sehingga hukum pasar berlaku ada kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.000,” jelasnya.

DIJ sendiri pada 2017 pernah mengalami inflasi melebihi batas maksimal yakni 4,5 persen. Sebabnya harga beras yang meroket akibat kekeringan. Namun saat ini pihaknya optimis harga beras akan stabil. “Kemarin kami lihat di Gunungkidul juga tidak ada kenaikan,” paparnya.

Sedang Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) DIJ Juhaeni menuturkan, stok bahan pokok menjelang Nataru juga tergolong aman. Bulog memiliki stok persediaan beras sebanyak 40 ribu ton yang diproduksi pada 2019. Sedangkan minyak tersedia 23 ribu liter, tepung terigu 19 ribu ton, dan gula 200 ton. Ini dianggap cukup untuk 4-5 bulan ke depan. “Relatif cukup. Masih normal tidak perlu ada operasi pasar,” jelasnya.

Asisten Setprov DIJ Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana menuturkan, pemantauan dilakukan di satu pasar modern dan dua pasar tradisional yakni Keranggan dan Beringharjo. “Tempat ini menjadi indikator ekonomi masyarakat di Kota Jogja,” jelas mantan Kepala Bappeda Bantul itu. (cr16/pra)